Jalan Bonjol No.9, Tangerang Selatan,
021 7388 3564
sdialbin17@yahoo.com

FIELD TRIP MURID KELAS VI SD ISLAM AL AZHAR 17 BINTARO KE SAUNG UDJO, MASJID AGUNG BANDUNG DAN MUSEUM KONFRENSI ASIA AFRIKA

Where Millenials Reach Out The Future

FIELD TRIP MURID KELAS VI SD ISLAM AL AZHAR 17 BINTARO KE SAUNG UDJO, MASJID AGUNG BANDUNG DAN MUSEUM KONFRENSI ASIA AFRIKA

Alhamduillah pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2015 yang lalu telah dilaksanakan kegiatan Field Trip murid kelas VI. Kegiatan ini adalah kegiatan outing murid untuk observasi, rekreasi dan belajar di luar lingkungan sekolah terhadap objek wisata yang mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Kali ini lokasi yang dipilih adalah Saung Angklung Udjo yang terletak                                 di Jl. Padasuka No. 118, Bandung, Jawa Barat, kemudian Masjid Agung Bandung yang sekarang di kenal sebagai Masjid Raya Bandung yang terletak di Jalan Asia Afrika Bandung, Jawa Barat, dan Museum Konfrensi Asia Afrika di Jl.Asia Afrika No.65, Bandung, Jawa Barat.

Setelah di lepas oleh pimpinan sekolah SDIA 17 Bintaro maka perjalanan rombongan field trip pun dimulai. Pagi itu matahari mulai menyinari cahayanya yang benderang yang menambah semangat para peserta untuk mengikuti kegiatan Field Trip. Cuaca cerah dan udara bersih di pagi hari, serta arus lalu lintas belum terlalu ramai. Iring-iringan bis field trip berjalan menembus lengangnya jalan camar untuk kemudian berbelok masuk ke arah Toll Pondok Ranji.

Pada pukul 10.00 WIB iring-iringan bis sudah keluar dari pintu toll Pasteur, kemudian langsung menuju lokasi field trip pertama, yaitu Saung Angklung Udjo dijalan padasuka. Ketika sampai pertunjukan sudah berjalan selama ± 15 menit. Para peserta field trip sangat antusias menyaksikan alat music tradisional yang terbuat dari bahan bamboo tersebut. Ternyata walaupun dari bamboo, tetapi jika dimainkan dengan bersama-sama akan menghasilkan harmonisasi nada yang sangat indah. Alunan Rumpun Bambu (Arumba) nama dari kelompok musik tradisional tersebut.

Kemudian para murid juga diajak untuk turut serta memainkan alat musik angklung, mulai dari nada do rendah sampai nada do yang tinggi. Memainkan berbagai macam lagu yang dipandu dan dipimpin oleh kakak dari Saung Angklung Udjo. Kemudian setelah selesai pertunjukan para murid kemudian menyempatkan untuk berfoto bersama di lokasi. Selanjutnya para murid dan pendamping field trip menyempatkan waktu sebentar untuk mampir di toko souvenir di Saung Angklung Udjo, untuk sekedar melihat-lihat dan membeli souvenir sebagai oleh-oleh untuk dibawa kembali ke Bintaro.

Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Masjid Raya Bandung yang terletak di Jl. Asia Afrika. Dalam perjalanan menuju ke Masjid Raya Bandung, para peserta field trip dibagikan makan siang. Sehingga begitu sampai di Masjid Raya Bandung, para murid tinggal melaksanakan sholat Dzuhur yang di jamak dengan sholat Ashar. Dipimpin oleh guru agama para murid perserta filed trip melaksanakan sholat berjamaah.

Sekilas tentang sejarah Masjid Raya Bandung, masjid ini sebelumnya bernama Masjid Agung didirikan pertama kali pada tahun 1812. Masjid Agung Bandung dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota sekarang. Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhlu. Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.

Masjid Raya Bandung ini mengalami beberapa kali renovasi, dan yang sekarang ini adalah merupakan hasil rancangan 4 orang perancang kondang dari Bandung masing masing adalah              Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya. Rancangan awalnya akan tetap mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid Agung Bandung termasuk jembatan hubung masjid dengan alun alun yang melintas di atas jalan alun alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan di sisi depan masjid. Satu satunya perubahan pada bangunan lama adalah perubahan bentuk atap masjid dari bentuk atap limas diganti dengan kubah besar setengah bola berdiameter 30 meter sekaligus menjadi kubah utama.

Selanjutnya sesuai dengan grup dan kelompok para murid kemudian berjalan berbaris rapi menuju museum Konfrensi Asia Afrika. Letak museum Konfrensi Asia Afrika yang tidak begitu jauh dari lokasi Masjid Raya Bandung dapat langsung ditempuh kurang dari 5 menit. Museum yang terletak di Jl. Asia Afrika No. 65 ini, masih tetap berdiri kokoh dengan bentuk yang masih sama ketika diselenggarakannya Konfrensi pada tahun 1955. Gaya dan corak Art Deco yang sangat kental sekali dengan Gedung Merdeka ini, sebelum dijadikan museum KAA, gedung ini bernama gedung merdeka.

Sekilas tentang sejarah Museum KAA ini, bahwa berdasarkan rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri antara lain Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata gagasan itu mendapat sambutan baik, termasuk dari Presiden RI Soeharto. Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT. Decenta, Bandung. Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.

Para murid sangat senang bisa memasuki gedung bersejarah ini, mereka mencatat keterangan yang disampaikan oleh para pemandu yang mengantar mereka berkeliling museum. Setelah puas berkeliling museum dan mendengarkan penjelasan dari pemandu, kemudian para murid menyempatkan berfoto bersama dengan para pendamping field trip dengan back ground bendera peserta KAA.

Dilanjutkan kemudian para peserta field trip menaiki bus Bandros yaitu Bandung Tour on The Bus. Bus yang diresmikan oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil bertepatan dengan malam tahun baru 2014. Bus wisata ini pada awalnya melayani para wisatawan di kota Bandung secara gratis.  Bandros juga merupakan bentuk Corporate Social Responsibility dari Telkomsel yang bekerjasama dengan pemerintah kota Bandung. Bus berkapasitas kurang lebih 40 orang ini dimaksimalkan di lantai dua, sementara di lantai satu hanya ada 6 kursi bulat, kursi panjang, lalu ada balkon di luar yang bisa dipakai turis untuk berdiri.

Hanya saja ketika rombongan akan menaiki bus tersebut, cuaca kurang mendukung, karena di Kota Bandung turun hujan yang lumayan deras, dan kemudian gerimis halus yang juga belum berhenti ketika para peserta menaiki bus tersebut. Andai saja cuaca cerah dan mendukung, mungkin perjalanan akan lebih jauh lagi rutenya, dan tentunya akan sangat menyenangkan berkeliling kota Bandung dengan bus terbuka.

Setelah selesai berkeliling menaiki bandros, para peserta field trip melanjutkan pulang kembali menuju Kampus SDIA 17 Bintaro. Rombongan bus peserta field trip berjalan menembus rintik hujan yang masih tetap gerimis dan kemacetan kota Bandung menjelang maghrib. Alhamdulillah rombongan kembali dan tiba dengan selamat di Bintaro. Semoga field trip selanjutnya akan berjalan lebih baik dan sukses lagi. Terimakasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dan mendukung berjalannya kegiatan ini. [m.radhi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Contact Form Powered By : XYZScripts.com